Day 10: Kita dan uang
#30HariBercerita
20230110
Hari yang sangat cerah dengan suhu yang lumayan panas hari ini! Bagaimana kabarmu? Apakah kamu merasa kedinginan karena ruanganmu penuh dengan AC yang menyala atau merasa gerah karena harus di bawah terik matahari?
Ahh.. bisa jadi kamu malah kehujanan hari ini.
Apapun kondisinya, semoga kamu tetap baik-baik saja.
Bagaimana gajimu bulan ini? Apakah sudah mendekati limit terakhir dan harus menghemat demi pertahanan hingga akhir bulan? Ehmm.. Aku khawatir jika habisnya uangmu bukan karena pendapatanmu yang kecil, namun cicilan bulanan Shopeepaymu yang sudah membengkak itu harus kamu bayar. Utang tetaplah utang, bagaimanapun kamu menuruti hawa nafsu lalu berutang, siap-siaplah kamu masuk ke jebakan paling tajam; kemiskinan.
Ada istilah yang mengatakan jika sebenarnya semua orang itu berutang. Ini dikarenakan uang saat ini bukan hanya sebagai alat pembayaran, melainkan sudah menjadi komoditas. Yap, uang adalah produk, dan produk itu dibisniskan alias uang diperdagangkan.
Semuanya menjadi berutang. Orang kaya berutang untuk membangun bisnis, berinvestasi pada unit-unit usaha yang menguntungkan sesuai prediksi beserta analisa resikonya. Orang middle income berutang untuk membeli barang sekunder tersier, sedangkan orang miskin berutang untuk membayar utang. Jadi, kalau kamu berutang untuk menutup utang, kamu sudah masuk ke dalam orang yang miskin, sedangkan jika kamu masih membeli barang sekunder tersier dengan berutang akan tetapi utangmu sudah sangat menumpuk hingga uangmu menipis, kamu sedang proses ke dalam orang miskin alias aktivitas memiskinkan diri.
Uang adalah segalanya!
Kata orang, uang tidak dapat membeli kebahagiaan. Memang benar adanya demikian, akan tetapi bagiku uang adalah alat kebebasan. Kamu memang tidak dapat membeli kebahagiaan dengan uang, akan tetapi jika kamu memiliki uang, setidaknya kamu memiliki kuasa lebih besar dan bebas untuk memilih apakah kamu mau bahagia atau sedih. Andaikan kamu harus bersedih, kamu diberikan kuasa untuk lebih memilih akan bersedih dimana.
Kamu bersedih di kamar kos yang sempit, panas, dan kotor akan berbeda jika kamu bersedih di kamar mewah dengan ruangan ber AC. Untuk menghibur hatimu, kamu bisa dengan mudah menyalakan Smart TV yang langsung terhubung dengan internet, tak lama kemudian kamu menonton film komedi dari Netflix. Kamu tak sedih lagi.
Meskipun sama-sama dalam keadaan sedih, akan tetapi sedihnya tetap beda.
Itulah kenapa, semua orang mencari uang. Mereka sedang mencari kebebasan, sampai pada akhirnya mereka tidak sadar jika mereka telah diperbudak oleh kebebasan itu sendiri. Mereka merasa bebas, padahal mereka sedang terkurung dalam suatu margasatwa. Apa yang mereka lihat adalah bentangan hutan yang sangat luas, mereka merasa bebas, tidak sadar jika disekeliling hutan itu terdapat pagar yang sangat tinggi, membuat mereka tidak dapat keluar dari hutan tersebut.
Banyak dari kita yang bekerja keras siang hingga malam, mengurangi waktu tidur dan keluarga, tidak peduli dengan orang sekitar, karena yang terpenting bagi hidup adalah bekerja sampai mati hingga mendapatkan uang trilliunan, yang sampai matipun dalam liang lahat, dirimu tetap tidak mendapatkan uang itu.
Mengapa?
Karena kamu berfokus mengejar uang, bukan bagaimana caranya agar uang datang padamu.
Seperti halnya ketika kamu ingin menangkap ayam, kamu mengejarnya dan memburu ayam itu sampai dia terpojok. Barulah saat itu kamu berhasil menangkap satu ayam. Tetapi, jika kamu berfokus branding dirimu sendiri untuk tiap pagi memberi makan ayam dengan makanan yang enak; biji-bijian, dedak, biji beras, dan sebagainya, tiap pagi, tiap sore, begitu terus dilakukan berminggu-minggu hingga hitungan bulan.
Maka, apa yang akan terjadi?
Tiap pagi, tidak hanya satu ayam, akan ada berpuluh-puluh ayam akan datang padamu, menunggu untuk kamu beri makan. Bahkan kemanapun kamu melangkah, ayam itu akan terus mengikutimu. Mereka menganggap dirimu sebagai role model yang harus diikuti kemanapun. Disaat itulah, kamu dengan mudahnya mengeluarkan maupun memasukkannya dalam kandang, atau membawanya ke tukang jagal.
Seperti halnya dengan uang.
Uang akan selalu mencari tuannya. Dimanapun tuannya berada, dia akan terus mencari. Jika kamu saat ini sedang mencari uang, maka tuanmu adalah uang. Namun, jika kamu saat ini sedang rebahan sembari membaca ini, namun saldo rekeningmu selalu bertambah, maka kamu adalah tuannya.
Jadi, apakah kamu menjadi tuan atau budak?
0 Komentar