Day 21: Kita dan kritik

 

#30HariBercerita

20230121


Selamat berholiday~!

Membicarakan soal kritik....

Seriusan deh, semua orang itu tidak menyukai kritik. Ibarat makanan, cabai itu pasti pedas, pasti itu.

Nah, yang membedakan adalah tiap orang memiliki respon yang berbeda-beda terhadap kritik. Hal ini bergantung dari latar belakang orang tersebut. Ada yang merespon dengan tenang, ada yang menerima meskipun ujung-ujungnya diacuhkan, ada juga yang tidak suka, bahkan ekstrimnya ada yang langsung terkena mental dan mengurung diri di kamar.

Seketika, ada yang mengatakan "tidak semua orang memiliki mental yang kuat untuk menghadapi kritik.".
Pernyataan ini aku setuju banget! Bener, tidak semua orang dapat menerima kritik dengan hangat. Akan tetapi begini... Cabai itu pasti pedas, semua orang sepakat bahwa cabai itu pedas. Akan tetapi, lama kelamaan kita bisa kecanduan cabai, bahkan makanan tanpa ada pedes-pedesnya tuh kurang enak.

Sama seperti kritik.

Kita tidak dapat menerima kritik karena kita tidak terbiasa "melakukan sesuatu". Kita kerap berdiam diri, mengalir bagaikan air, mau mengalir ke selokan ya manut, ke sungai ciliwung ya gapapa, terserah! Nah, nantinya ketika ada waktu dimana kalian harus "melakukan sesuatu" yang menyebabkan terjadinya kritik, kamu tidak dengan mudah menerimanya.

Berbeda dengan orang yang sering melakukan ini-itu. Mereka akan lebih sering mendapatkan kritik. Meskipun pedes dan menyayat hati, akan tetapi tanpanya, orang-orang seperti itu tidak bisa hidup maju karena memang mereka butuh kritik. Kritiklah yang membangun mereka. Yakinlah, kita tidak akan bisa menyenangkan hati semua orang sehingga wajar jika kita lebih mudah untuk mendapatkan kritik. 

Namun, kritik pun juga ada kalanya kita abaikan. Misalnya, kita membuat suatu karya konten di internet, entah di Instagram, Twitter, atau Youtube. Pasti banyak kritikan-kritikan di sana, entah suara audiomu yang jelek, pengambilan gambar yang buruk, intonasi, isi kualitas, dan sebagainya. Nah, ada kritik yang bisa kita abaikan di sini semisal kritikan itu datang dari orang yang udah ga pernah ngonten tapi sotoy, bukan dari background yang mumpuni tapi seolah-olah profesor, dan sebagainya.

"Berarti kalau orang yang biasa, tidak memiliki latar belakang yang relevan atau mumpuni, ga berhak kritik, dong?"

Berhak, tetap siapapun kamu, berhak berbicara. Akan tetapi yang diberi kritik juga berhak untuk tidak mendengarkan juga, dong? Kalau aku sih, ketika ada yang kritik tapi dia cuma sotoy sotoy tanpa ada latar belakang yang relevan atau mumpuni lah minimal, cuma tak terima saja.

"Baik, terima kasih atas masukannya."

Setelah itu? Yaudah!

Karena terkadang orang ngritik itu bukan karena mereka ahli di bidangnya, bukan karena mereka ingin kamu menjadi lebih baik, akan tetapi karena hanya ingin mengoreksi dan memvalidasi bahwa dirinya lah yang benar.

Alias, di dunia nyatanya tidak memiliki power untuk menyalahkan orang lain, atau karena sekedar iri saja melihat kamu yang sibuk berkarya~

Jadi, sudahkah kamu mengelola kritik yang datang?

0 Komentar

Gocicil Tokopedia
Gopaylater Ads