Day 11: Kita dan kesalahan
#30HariBercerita
20230111
Ketika semasa sekolah, kita kerap dinasehati oleh para guru kita untuk tidak takut pada kesalahan. Ketika sedang menjawab soal, atau sedang berlatih sesuatu hal. Pun dengan seminar-seminar motivasi atau pengembangan diri, sudah pasti sang narasumber tidak pernah henti-hentinya untuk mengatakan bahwa kita boleh memaklumi kegagalan, karena kegagalan atau kesalahan yang kita perbuat akan menjadi pembelajaran bagi kita.
"Salah tidak menjadikanmu menjadi manusia paling bodoh sedunia" Begitulah katanya.
Bahkan yang lebih ekstrimnya lagi, mengutip dari kata-kata dari Pak Dahlan Iskan, bahwa kita diberikan jatah gagal dan harus kita habiskan selagi waktu muda. Kalimat ini menjadi kalimat paling wajib muqoladhoh untuk dikeluarkan dari mulut motivator.
Aku jadi mikir, kalau kesalahan yang kita lakukan harus dimaklumi, bahkan kita "harus" menghabiskan jatah gagal kita selagi masih muda, lalu kenapa kegagalan itu bukan menjadi pilihan?
Adakah orang yang ngomong "Ahh aku pengin gagal aja" gitu?
Ketika kita masih di sekolah, seringkali ditemukan ketika ada presentasi atau disuruh maju untuk menjawab soal, kita justru takut salah. Padahal, guru udah berkali-kali bilang bahwa "salah itu gakpapa. Ini kita masih belajar, jadi wajar kalau salah.".
Pasti kamu juga tidak asing dengan kalimat itu, kan?
Masalahnya, alasan kita takut untuk salah karena jika kita salah, kita ditertawakan. Bahkan ekstrimnya, guru yang bilang gakpapa kalau salah malah terkesan memarahi muridnya, bahkan memberikan pandangan sinis bahwa yang sedang diajarinya adalah seorang murid bodoh yang melakukan kesalahan.
Ini kita sedang ada di sekolah, lho! Sebuah lembaga pendidikan yang memang berfokus sebagai tempat belajar; tempat seseorang melakukan berbagai kesalahan untuk menjadi yang benar.
Apalagi kalau di kehidupan nyata?
Di sekolah saja kamu ditertawakan, apakah di dunia nyata kamu akan dimaklumi ketika berbuat salah?
Misalkan kamu adalah seorang manajer perusahaan, prestasimu sangatlah cemerlang karena kamu berhasil mencapai posisi manajer di usia muda. Jika kesalahan itu gakpapa dan kita menerapkan kalimat dari Pak Dahlan Iskan untuk menghabiskan jatah gagal di usia muda, lalu ketika kamu gagal menjadi manajer perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tempatmu bekerja.
Lantas, bagaimana dengan orang-orang di bawah kepemimpinanmu?
Mereka ada yang sudah berkeluarga, ada yang harus membayar sekolah anaknya, ada yang harus membayar obat untuk orang tuanya yang sakit, atau yang baru merantau demi mendapatkan pekerjaan yang layak. Semuanya hidup terancam gara-gara kamu yang egois mau belajar lewat jalur kesalahan.
Barangkali, kita boleh salah ketika kita ada di sekolah, meskipun tetap saja ditertawakan.
Akan tetapi ketika kita sudah ada di dunia nyata, maka bagi saya, tidak ada kesalahan-kesalahan yang harus kita perbuat. Tidak ada jatah kegagalan, tidak ada menghabiskan jatah gagal, tidak ada "kesalahan akan membuat kita lebih banyak belajar.". Memang betul, tapi dampaknya adalah kamu bisa saja menghancurkan hidup orang lain.
Apa yang kamu sedang jalani harus kamu lakukan dengan benar, tidak boleh ada kesalahan. Kesalahanmu di realita tidak hanya merugikanmu, namun juga bisa merugikan orang lain. Kamu memang belajar dari kesalahanmu itu, akan tetapi harga yang harus dibayarkan adalah bisa saja kamu menciptakan pengangguran baru bahkan kejahatan baru akibat terhimpitnya ekonomi karenamu.
Lalu, bagaimana jika kita memang melakukan kesalahan?
Setidaknya, kita tidak berfokus untuk belajar dari kesalahan. Tiap kita ingin mengambil keputusan, kita tidak dengan sembarangan dan menghitung secara rinci apakah keputusan itu menguntungkan atau membuat kita rugi alias gagal. Itulah alasan kita bersekolah, bahkan mengambil perkuliahan hingga ke jenjang yang tinggi. Kita mencoba belajar mengambil keputusan saat kita ada di bangku pembelajaran, setidaknya resiko yang kita dapatkan hanyalah ditertawakan. Kita tidak bisa mengambil keputusan karena "Alah gakpapa kalau gagal, toh masih muda, nanti tinggal bangkit lagi."
Oh, man! Please don't stupid!
Jadi, sudahkah kamu berjalan dengan benar?
0 Komentar